Pemantik Diskusi

Joko Priyono (Majalah Tempo, 9 Apr 2023)

Apabila Anda kerap menerima poster informasi diskusi, baik dilakukan secara dalam maupun luar jaringan di wahana media sosial, tentu itu hal lumrah. Namun, jika Anda memberikan sebuah tanya dengan penuh curiga, itu patut diapresiasi. Seperti halnya yang kerap saya lakukan atas sebaran poster di media sosial. Mungkin saja saya tidak tertarik mengikuti diskusinya, karena terlalu berjubel. Sekian informasi kadang hanya lalu-lalang tak karuan.

Lanjutkan membaca “Pemantik Diskusi”

Insyaallah

Nur Hadi (Majalah Tempo, 2 Apr 2023)

Pemakaian frasa “insyaallah” atau “inshaallah” tampaknya masih menjadi perdebatan diam-diam para penggunanya. Kita masih bisa menemukannya dalam jagat media sosial. Mana yang benar di antara keduanya?

Fokus perbedaannya terletak pada lema ﺷﺄ (sya’a) yang berarti menghendaki. Lema ﺻﺄ (ṣa’a) merupakan kata turunan yang bermakna tumbuh. Jauh maknanya dari makna “jika Allah menghendaki”.

Lanjutkan membaca “Insyaallah”

Ingat Pesan Ibu

André Möller (KOMPAS, 12 Jan 2021)

Sudah pasti bahwa setiap usaha ikhlas untuk mencegah penyebaran virus korona merupakan usaha terhormat. Dunia rupanya tidak pernah segelap ini sejak wabah flu Spanyol merajalela sekitar seratus tahun yang lalu, dan kita tentu perlu memerangi ancaman baru ini bersama-sama. Meski begitu, ada cara menyampaikan informasi yang bisa dinilai baik, dan ada kebalikannya.

Sumber Ilustrasi: SMP Negeri 1 Plered

Lanjutkan membaca “Ingat Pesan Ibu”

Satu “S” atau Dua “S”?

Pamusuk Eneste (Majalah Tempo, 9 Jan 2021)

Swiss terkenal bukan hanya karena jam tangan Rolex, Longines, dan Mido. Juga bukan karena banyak bank beken di sana. Swiss juga tersohor bukan karena petenis Roger Federer, peraih 19 gelar Grand Slam. Bukan pula karena di sana terdapat sejumlah badan dunia, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, Badan Kesehatan Dunia (WHO), Badan Buruh Internasional (ILO), badan PBB untuk pengungsi (UNHCR), badan sepak bola dunia (FIFA), dan Dewan Gereja Dunia.

Sumber Ilustrasi: Unsplash https://unsplash.com/photos/6M0iEJChHhk

Lanjutkan membaca “Satu “S” atau Dua “S”?”

Berjarak Sekitar Dua Jam

Pamusuk Eneste (KOMPAS, 5 Jan 2021)

Tanpa sadar kita kadang-kadang memakai kalimat yang seolah-olah benar, tetapi sesungguhnya keliru atau salah. Oleh karena itu, kalimat itu terasa janggal. Perhatikan kalimat berikut. (1) ”Wah, menarik ya, ada tempat menginap di Bogor rasa Bali dengan jarak 1,5 jam saja dari Jakarta”.

Sumber Ilustrasi: Unsplash https://unsplash.com/photos/bMP6dEh8G0A

Lanjutkan membaca “Berjarak Sekitar Dua Jam”

Jembatan Bahasa: Indonesia-Prancis

Setyaningsih (Majalah Tempo, 2 Jan 2021)

“Kira-kira ada seperempat jam lamanya Hidjo dan Raden Ajeng Biroe berjalan-jalan di dalam Sriwedari sambil omong-omongan. Lalu mereka duduk di kursi yang sudah tersedia di depan restoran yang sedikit remang dan terlindung dari pandangan orang […] Sesudah meminta dua botol limun kepada jongos restoran, lalu dia berkata kepada Raden Ajeng.” Dalam novel Student Hidjo garapan Mas Marco Kartodikromo yang semula dimuat bersambung di Sinar Hindia dan terbit pertama kali pada 1919, lalu diterbitkan ulang oleh Bentang, itu, bisa saja Hidjo tidak mengucapkan kata bahasa Melayu “limun”, tapi bahasa Prancis “limonade” saat memesan minuman kecut dan segar tersebut.

Sumber ilustrasi: Unsplash https://unsplash.com/photos/YhSoK3TOg78

Lanjutkan membaca “Jembatan Bahasa: Indonesia-Prancis”

Di Balik Istilah Polisi Tidur

Teguh Candra (Kompas.id, 2 Jan 2021)

Kala berkendara, saat mengemudi, atau sekadar duduk manis sebagai penumpang, kita sering menikmati sensasi, maaf, pantat sedikit terangkat apabila bersua ”gundukan” panjang melintang di tengah jalan. Polisi tidur, demikian orang menyebut namanya.

Terlahir menjelang akhir era Generasi X dan kebetulan berada dalam pusaran gairah untuk memuaskan rasa ingin tahu, penulis pun mengamini polisi tidur sebatas bentuknya: gundukan (tentunya yang melintang panjang di tengah jalan).

Sumber ilustrasi: Tribun News

Lanjutkan membaca “Di Balik Istilah Polisi Tidur”

Linguistik Forensik

Ahmad Hamidi (Majalah Tempo, 26 Des 2020)

“LABEL ‘forensik’ dalam linguistik terkadang … ya, gitu, deh. Padahal ujung-ujungnya, ya, menggunakan kacamata analisis wacana dan pragmatik pula,” demikian celetuk seorang mutualan—orang yang mengikuti akun media sosial orang lain dan orang lain tersebut mengikuti balik akun yang bersangkutan—saya di media sosial. Di lain kesempatan, dia nyeletuk lagi, “Gimmick ilmu itu adalah ketika demi cari nama, ilmuwan berkoar-koar ilmunya sebagai ilmu baru, dikasih nama tertentu agar terlihat keren dan meyakinkan para pemula.”

Ilustrasi: Shutterstock

Lanjutkan membaca “Linguistik Forensik”

Pewaris versus Ahli Waris

F.X. Sukoto (Kompas.id, 26 Des 2020)

Cara Wood, 28 tahun lalu, bekerja di sebuah restoran di kampung halamannya, Chagrin Falls, Ohio, Amerika Serikat, sekitar 15 mil (28 kilometer) sebelah timur Cleveland. Wood (17) adalah seorang karyawati yang baik, cerdas, ramah, dan suka membantu.

Salah satu pelanggan restoran tersebut, Bill Cruxton, sangat menyukai Wood. Cruxton, seorang duda tanpa anak, hampir setiap hari ke restoran Drin’s Colonial itu untuk makan sehingga mereka menjadi teman dan semakin akrab.

Ilustrasi: KOMPAS

Lanjutkan membaca “Pewaris versus Ahli Waris”