Ekonom atau Ekonomis?

R. Tuwoliu Mangangue*, KOMPAS, 16 Agu 2014

Kata-kata dalam bahasa Indonesia, selain diserap dari bahasa daerah yang ada di Tanah Air, berasal dari bahasa asing. Inggris dan Belanda merupakan bahasa asing yang banyak diserap kata-katanya ke dalam bahasa kita. Kata musician dalam Inggris atau musicus dalam Belanda disebut musisi dalam Indonesia. Kata politician dalam Inggris atau politicus dalam Belanda dalam Indonesia disebut politisi. Kata legislator dalam Inggris atau legislatuur dalam Belanda dalam Indonesia disebut legislator.

Kecenderungan bahasa Indonesia rupanya berorientasi ke bahasa Inggris daripada ke bahasa asing lain. Namun, kadang-kadang kita tidak konsisten dengan orientasi ini.

Dulu kita memiliki beberapa adjektiva dalam bahasa Indonesia yang berakhiran -il seperti spirituil, insidentil, dan komersiil yang diserap dari adjektiva bahasa Belanda yang berakhiran -eel atau -ieel seperti spiritueel, incidenteel, dan commercieel. Namun, kini adjektiva itu tidak digunakan lagi karena orientasi bahasa kita telah berubah dari bahasa Belanda ke bahasa Inggris.

Dulu kita mempunyai verba berakhiran -ir yang diserap dari Belanda seperti legalisir, melegalisir (bahasa Belanda: legaliseren), dan koordinir, mengoordinir (bahasa Belanda: coordineren), namun karena kita berorientasi ke bahasa Inggris, verba berakhiran -ir diganti dengan akhiran -isasi dan -asi. Jadi, verba melegalisir berubah menjadi melegalisasi [(bahasa Inggris: legalize (verba); legalization (nomina)]. Verba mengoordinir berubah menjadi mengoordinasi.

Namun, ada dua nomina dalam bahasa Indonesia yang tetap berorientasi ke bahasa Belanda: astronom (bahasa Belanda: astronoom; bahasa Inggris: astronomer) dan ekonom (bahasa Belanda: econoom; bahasa Inggris: economist). Mungkin karena kata astronom dalam bahasa Inggris disebut astronomer, tidaklah mungkin kita menggunakannya. Kita tidak memiliki nomina yang menunjukkan orang, pelaku, atau ahli dengan akhiran -er. Lalu, mengapa kita menggunakan kata ekonom yang diserap dari bahasa Belanda? Padahal, dalam bahasa Inggris kata itu disebut sebagai economist. Jadi, kata yang berarti ahli perekonomian dalam bahasa Indonesia seharusnya disebut ekonomis. Apalagi dalam bahasa Belanda ahli ekonomi, selain disebut econoom, juga disebut economist.

Mungkin ada yang menentang pendapat itu. Argumentasinya: bila kita menggunakan istilah ekonomis yang berarti ’ahli perekonomian’, bagaimana dengan istilah ekonomis yang juga digunakan dengan arti bersifat ’hati-hati dalam pengeluaran uang, penggunaan barang, bahasa, dan waktu; tidak boros; hemat’.

Memang seseorang akan berpikir lama ketika lawan bicaranya mengucapkan ekonomis, apa maksudnya pada makna yang pertama atau kedua.

Kesalahan tentu bukan pada bahasa kita, tetapi justru pada bahasa Inggris.

Akhiran -ist dalam kata-kata bahasa Inggris yang menunjukkan pelaku, orang, atau ahli seperti idealist, egoist, linguist, pessimist, bentuk adjektivanya adalah idealistic, egoistic, linguistic, pessimistic.

Mengapa bentuk adjektiva economist bukan economistic, tetapi economic?

Begitulah bahasa. Sering kali ada penyimpangan, atau pengecualian.

Namun, karena kita sudah mengetahui rumus adjektiva dari kata bahasa Inggris yang menunjukkan pelaku, orang, atau ahli ditambah akhiran -ic, mengapa tidak mengikutinya? Kalau mau konsisten, kita tetap berorientasi ke bahasa Inggris, kita tidak lagi menengok ke belakang, ke masa lalu kita yang banyak menyerap kata-kata dalam bahasa Belanda. Jadi, kita menggunakan ekonomis yang berarti ahli perekonomian, bukan ekonom, dan adjektivanya ekonomistis, bukan ekonomis.

*) Pengajar pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado di Tondano

2 tanggapan untuk “Ekonom atau Ekonomis?

  1. Sangat membantu, dan bermanfaat.

    Mari kita ubah kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dalam bahasa resmi kita dengan membiasakan menggunakan kata-kata yang tepat dan benar sehingga masuk ke dalam kamus besar bahasa Indonesia.
    Ada kata perintah “Gunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar” tapi kenyataannya mayoritas orang Indonesia sendiri tidak menggunakan bahasanya dengan baik dan benar, salah satu contoh; “buanglah sampah pada tempatnya”. Padahal kata “pada” itu tidak tepat, yang tepat adalah kata “ke”. Jadi, kalimat yang tepat adalah “buanglah sampah ke tempatnya.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.