Encep Abdullah* (Riau Pos, 21 Mei 2017)
Setidaknya, selama lima tahun saya pernah malang melintang menjadi pengajar bahasa Indonesia di beberapa bagian wilayah Banten. Sejak mahasiswa saya sudah mengajar di tempat bimbel. Di tempat bimbel itu saya tidak hanya mengajar di Serang, tetapi juga di Cilegon, Rangkasbitung, Pandeglang, bahkan pernah dikirim ke Tangerang, Indramayu, dan Bekasi. Tentu hal itu menjadi pengalaman tersendiri bagi saya, terutama ihwal perjalanan saya menekuni dunia mengajar dan bahasa. Dari beberapa tempat yang saya datangi itu, tak ada masalah mengenai komunikasi berbahasa Indonesia saya dengan peserta didik meskipun dalam keseharian mereka mungkin terbiasa menggunakan bahasa daerah. Mereka mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, malah mungkin mereka juga lebih pandai berbahasa asing ketimbang saya.