Majalah Tempo, 19 Des 2011. Agung Yuswanto, Wartawan
“Setelah diberhentikan dari posisi sebagai Bendahara Umum DPP Partai Demokrat, posisi Muhammad Nazaruddin sebagai Bendahara Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR kini juga ikut terancam.” (Suara Merdeka, 26 Mei 2011)
Membaca sekilas kalimat di atas, kita tidak akan mendapatkan suatu kesalahan. Bagi banyak orang, kalimat tersebut terasa mengalir dan memiliki pesan yang jelas. Rangkaian kata dengan struktur kalimat seperti itu sering kita jumpai pada banyak artikel di surat kabar (harian, mingguan, bulanan), novel, dokumen-dokumen resmi, bahkan buku-buku ilmiah.
Namun, cobalah Anda membaca ulang dan lebih teliti mencermati petikan kalimat majemuk tersebut. Ada yang keliru di sana. Secara gramatikal, pola kalimat semacam itu dikenal sebagai kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti subyek. Dalam teks tersebut, anak kalimat berada di depan atau mendahului subyek. Karena itu, semestinya subyek (Muhammad Nazaruddin) yang hendak diperluas atau diterangkan diletakkan persis di belakang tanda baca koma di akhir anak kalimat.
Baca lebih lanjut →