Bambang Kaswanti Purwo*, KOMPAS, 20 Jul 2013
Menyongsong Hari Kebangkitan Nasional lalu, Kompas terbitan 19 Mei 2013 pada halaman 1 menurunkan artikel tentang keprihatinan makin meluasnya pengaruh kekuatan asing. Salah satu pendapat yang diangkat adalah upaya memelihara nilai-nilai kebangsaan karena ”nilai-nilai dalam kearifan lokal dapat membentengi Indonesia dari paham-paham global, seperti liberalisme dan kapitalisme”. Menyusul ajakan, ”Kita… haruslah menggali keadilan. Selama keadilan tidak ada, ideologi apa pun akan muncul.”
Apa yang dimaksudkan dengan menggali keadilan? Dalam pengertian yang bukan kiasan, dapat kita katakan menggali batu bara dan menggali emas, yang maksudnya adalah menggali tanah—dalam sekali—sampai menemukan batu bara dan emas, sesuatu yang diyakini ada di dalam dan pemerolehan benda itu merupakan tujuan akhir dari kegiatan menggali. Lain sedikit halnya dengan menggali sumur atau menggali lubang. Sumur dan lubang bukanlah sesuatu yang diyakini ada di dalam tanah sebelum dilakukan penggalian. Tujuan akhir dari kegiatan menggali ini bukan memperoleh, melainkan menghasilkan sesuatu yang belum ada sebelumnya.
Baca lebih lanjut →