Majalah Tempo, 26 Des 2011. Nikolaos van Dam, Pakar Timur Tengah dan mantan Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Irak, Mesir, dan Turki
Merupakan impian banyak orang Arab bahwa setiap orang bisa berbicara bahasa Arab klasik yang sama. Bagi beberapa ahli bahasa Arab, dialek Arab dianggap bentuk yang menyimpang dari bahasa yang digunakan dalam Al-Quran atau dari bahasa Arab yang digunakan Nabi Muhammad. Kenyataannya, dialek Arab sudah lama hidup, bahkan pada era kehidupan Nabi Muhammad. Jadi, merupakan suatu hal yang anomali jika Semenanjung Arab dulu adalah suatu wilayah linguistik yang homogen.
Sebuah wilayah yang luas memang lazim memiliki beraneka ragam dialek. Bahasa Arab Al-Quran merupakan salah satu dari begitu banyak ragam tersebut, juga di masa lalu. Bagi kalangan nasionalis Arab, impian terus berlanjut bahwa semua orang Arab seharusnya menggunakan ragam bahasa klasik yang sama. Kenyataannya, tidak ada satu orang pun yang menggunakan bahasa Arab klasik atau bahasa Arab modern yang baku sebagai bahasa ibu, baik di rumah maupun dalam lingkungan sosial informal lainnya. Karena itu, suatu hal yang tidak realistis untuk berharap bahwa bahasa Arab klasik kelak akan menjadi bahasa penyatu masyarakat Arab, yang dalam hal ini memang belum pernah terjadi. Namun itu tetap sangat penting sebagai faktor pemersatu bagi dunia Arab.