Bahkan, Justru, dan Malah

KOMPAS, 10 Jun 2011. Lie Charlie, Sarjana Tata Bahasa Indonesia

Kata bahkan, justru, dan malah dalam bahasa Indonesia tergolong kata sandang, kata yang memiliki fungsi tetapi tak punya arti. Ketiga kata itu berfungsi menghubungkan kalimat, maka disebut kata sandang penghubung. Ada sedikit beda fungsi antara kata yang satu dengan kata yang lain. Beda itu sangat tipis sehingga ada kalanya kita sulit dan salah memilih kata yang tepat di antara ketiganya.

Kata sandang penghubung bahkan normalnya dipakai menghubungkan dua kalimat yang maknanya saling memperkuat dan meningkat mutunya. Contoh: ”Prestasinya terus menanjak, bahkan sudah mendahului prestasi kakaknya.” Kata bahkan di sini menghubungkan kalimat (1) ”Prestasinya terus menanjak” dan kalimat (2) ”Prestasinya sudah mendahului prestasi kakaknya”. Kalimat di belakang kata bahkan memiliki makna lebih progresif dan intensif daripada kalimat di depan kata bahkan dan tidak boleh terbalik.

Kata justru digunakan untuk menghubungkan dua kalimat yang maknanya saling bertentangan. Contoh: ”Kehadirannya tidak mendamaikan, justru membuat keruh suasana.” Pertentangan di sini biasanya cukup kuat sehingga tak jarang terjadi bahwa pada kalimat yang dihubungkan oleh kata justru, satu kalimat merupakan negasi terhadap kalimat yang lain.

Kata malah berfungsi menghubungkan dua kalimat yang menunjukkan kondisi atau kenyataan berbeda, tapi tidak bertolak belakang atau hubungan yang semakin menurun kualitasnya. Kalimat di depan dan di belakang kata malah lazimnya berseberangan makna, tetapi tak selamanya berlawanan atau kalimat di belakang kata malah menunjukkan keadaan lebih buruk. Contoh: “Diminta berhenti, dia malah berlari.”

Sudah disebut, beda fungsi ketiga kata sandang di atas amat halus sehingga pemanfaatannya acap kali keliru, tetapi tak kita rasakan lagi kekeliruannya. Sekilas kalimat ”Prestasinya terus menanjak, malah sudah mendahului prestasi kakaknya” benar dan dapat menggantikan kalimat ”Prestasinya terus menanjak, bahkan sudah mendahului prestasi kakaknya”. Padahal, dua kalimat yang digabungkan di sini menunjukkan kenyataan yang bertambah baik. Maka, kata sandang yang cocok dipilih adalah bahkan, bukan malah.

Kata malah dipilih apabila terjadi keadaan yang kian buruk sehingga barulah tepat jika dipakai menghubungkan kalimat (1) ”Pretasinya terus menurun” dan (2) ”Prestasinya sudah tertinggal dibandingkan dengan prestasi adiknya” menjadi ”Prestasinya terus menurun, malah sudah tertinggal dibandingkan dengan prestasi adiknya”.

Kalimat ”Bukannya menolong, ia malah minta tolong” juga tak kita rasakan lagi kesalahannya, padahal kalimat yang tepat adalah ”Bukannya menolong, ia justru minta tolong” karena menolong dan minta tolong menunjukkan pertentangan keras. Kiranya jelas bahwa kata justru dan malah pun sebetulnya tak dapat dipertukarkan pemakaiannya.

Beda penggunaan kata justru dan malah lebih jelas terlihat dalam bentuk justru karena dan malah karena. (1) Justru karena dimanja, adik menjadi nakal. (2) Malah karena borosnya, ia kini terpaksa berutang. Pemakaian kata justru karena dan malah karena di sini tidak dapat dipertukarkan sebab dapat melahirkan makna kurang sinkron.

6 tanggapan untuk “Bahkan, Justru, dan Malah

  1. “Saling bertentangan” setahu saya adalah bentuk yang tidak benar, cukup “bertentangan” saja.

  2. Definisi KBBI:

    bah·kan p kata penghubung bagian kalimat dng bagian yg lain atau kalimat dng kalimat untuk menyatakan penguatan; lebih-lebih; malahan: serangannya bukan berkurang, — lebih gencar

    jus·tru adv 1 kata penghubung yg dipergunakan untuk menegaskan bahwa sesuatu benar atau salah: — waktu saya sedang sibuk-sibuknya dia datang; 2 malahan sebetulnya (sebaliknya); bahkan kebalikannya: sekali-kali saya tidak mencaci maki dia, — saya memuji-mujinya

    ma·lah adv 1 bahkan; semakin (bertambah): setelah minum obat itu, ia tidak menjadi baik — bertambah sakitnya; 2 bahkan sebaliknya: disuruh duduk, — berdiri; 3 justru: — kamu yg harus datang, bukan orang tuamu

    Dalam definisi-definisi tersebut, belum tampak perbedaan nuansa makna seperti uraian pada artikel ini. Yang tampak justru adalah kesinoniman antarkata. Kalau tidak diambil dari KBBI, rujukan apa yang kira-kira digunakan Pak Lie Charlie untuk menulis artikel ini, ya?

    1. Tampaknya “rasa bahasa” yang menjadi rujukan penulis, Mas Ivan. Saya sendiri agak sulit membedakan ketiga kata ini, terutama terkait penerapannya dalam konteks kalimat. Yang pasti, pemikiran Pak Lie patut diapresiasi sebagai sebuah pendapat atau konsep kaidah berbahasa yang lahir dari pemahaman tanpa merujuk pada definisi kamus.

  3. Mas Ivan, apakah dengan menunjukan pengertian KBBI itu, Mas Ivan ingin mengatakan bahwa ada ekekliruan pada tulisan pak Carlie, yaitu pada konjungsi bahkan dan malah yg dalam KBBI bersinonim?

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.