Ember dalam Kamar Tidur

Eko Endarmoko (KOMPAS, 29 Des 2020)

Si sulung, perempuan, yang waktu itu (pertengahan 1990-an) baru akan masuk sekolah dasar, girang betul dengan permainan kata yang saya reka untuk dia. Keasyikannya ini sengaja saya bangun untuk menumbuhkan kegairahan dia belajar, dan bersekolah beberapa bulan lagi.

Sumber ilustrasi: Unsplash

Lanjutkan membaca “Ember dalam Kamar Tidur”

Belantara Makna

Eko Endarmoko (Kompas, 8 Des 2020)

Menghidu rupanya tergolong kata yang agak asing bagi sebagian penutur bahasa Indonesia. Seorang teman menemukannya dalam satu klausa di sebuah tulisan, ”menghidu aroma kopi”. Dia mengira itu tipo alias salah tik sebab ungkapan yang lebih tepat menurutnya adalah ”menghirup kopi”, analog dari ”menghirup udara segar”. Benar begitu?

Lanjutkan membaca “Belantara Makna”

Soal Klise

Eko Endarmoko (Kompas, 28 Apr 2018)

Seorang kawan pada satu hari bertanya, kenapa kita mengeja memprotes, bukan memrotes? Juga mengapa mempertinggi, bukan memertinggi? Ia berargumen, bila huruf /p/ di kedua bentuk setelah mendapat awalan /me-/ itu tidak melesap atau luluh menjadi /m/, bukankah itu berarti kaidah kpst dilaksanakan tidak secara konsisten? Ini adalah tanyaan yang sangat logis, dan sebenarnya cukup sederhana—sekalipun jawabannya saya kira tidak bisa dibilang sederhana.

Lanjutkan membaca “Soal Klise”

Bumi Datar dan Dunia Persilatan

Eko Endarmoko (Kompas, 24 Feb 2018)

Kredit Foto: Kompas/Wawan H. Prabowo

Perbalahan yang sudah lama selesai dan tenggelam itu tempo hari bangkit lagi. Itulah perbantahan soal ”bumi datar” versus ”bumi bulat”. Bukannya mempersoalkan kembali pokok basi itu, saya tertarik pada sesuatu yang lebih menggelitik ini. Bila bumi dan dunia bersinonim, mengapa jarang sekali atau malah barangkali belum pernah kita temukan konstruksi ”dunia datar” atau ”dunia bulat”.

Lanjutkan membaca “Bumi Datar dan Dunia Persilatan”

Pura-Pura dalam Perahu

Eko Endarmoko* (Kompas, 27 Jan 2018)

Moyang kita dari banyak daerah di sekujur tanah Nusantara pernah lebih suka menegur, mengkritik, memberi nasihat, atau mengajarkan adab yang baik dengan bahasa tersirat. Orang boleh berdebat, apakah kegemaran memakai bahasa tersirat di situ adalah tanda adab yang baik ataukah cermin sikap pura-pura, semacam eufemisme yang akut.

Lanjutkan membaca “Pura-Pura dalam Perahu”

Polisi Kitab

Eko Endarmoko* (Kompas, 11 Nov 2017)

Salah satu ciri menonjol pada polisi bahasa adalah kesukaan mereka mempersoalkan tata cara penulisan kata. Mereka punya semacam kegetolan yang berlebihan pada apa yang menurut mereka merupakan bentuk baku. Pengetahuan, yang kemudian menjadi kepercayaan, mereka tentang baku atau tidak bakunya satu bentuk kata sering disandarkan pada kitab KBBI. Suka dilupakan adalah fakta bahwa kita terkadang

Yang Datang dan Pergi

Eko Endarmoko* (Kompas, 14 Okt 2017)

Banyak kata berseliweran, datang dan pergi begitu saja sering tanpa kita sadari. Berbarengan dengan hadirnya sejumlah kata baru lewat berbagai cara, sekian banyak kata lain mulai jarang dipakai, pudar, dan kemudian lambat laun lenyap. Bukan punah, kecuali apabila masyarakat pendukung atau penuturnya sudah tak ada lagi sehingga bahasa itu tidak berkembang lagi, seperti bahasa Latin atau bahasa Jawa kuna.

Lanjutkan membaca “Yang Datang dan Pergi”