Senior

Martinus Ariya Seta (Kompas, 23 Apr 2024)

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, kata senior didefinisikan sebagai sebuah keunggulan atau kelebihan dalam hal jabatan, pangkat, kematangan, kemampuan, dan usia. Senior adalah serapan dari bahasa Latin. Ini adalah bentuk komparatif dari kata senex (tua). Secara harfiah, arti senior adalah ’lebih tua’.

Sering kali orang menggunakan frasa lebih senior. Ini terasa janggal. Penyisipan kata lebih adalah sebuah pengulangan yang tidak perlu karena kata senior dari sono-nya sudah mengandung arti ’lebih’.

Lanjutkan membaca “Senior”

Jurnal

Ardian Je (Tempo, 21 Apr 2024)

Kata jurnal kini menjadi populer, tetapi bermakna negatif karena dikaitkan dengan plagiarisme, artikel penelitian bermasalah, dan jurnal ilmiah abal-abal. Fenomena ini sudah lama terjadi, terutama sejak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mewajibkan dosen, peneliti, dan mahasiswa menulis di jurnal yang terindeks di Scopus, basis data pengutipan internasional milik Elsevier, penerbit Belanda.

Lanjutkan membaca “Jurnal”

Lebaran

Dadi Darmadi (Tempo, 14 Apr 2024)

Pada 1950-an, orkes RRI pimpinan komponis Ismail Marzuki melahirkan lagu “Hari Lebaran”. Liriknya berbunyi: “Setelah berpuasa satu bulan lamanya/Berzakat fitrah menurut perintah agama/Kini kita beridul fitri berbahagia/Mari kita berlebaran bersuka gembira.”

Kata beridul fitri pada lirik lagu itu bergantian dengan berlebaran dengan makna yang jelas bahwa setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan selama satu bulan, umat Islam merayakan Lebaran sebagai hari raya. Farid Esack, intelektual muslim ternama Afrika Selatan, bercerita, ketika ia kecil pada 1970-an, kakek-neneknya yang berdarah Melayu sering mengatakan “Salamat Lebarang” kepada sanak-saudara dan kaum muslim di Cape Town.

Lanjutkan membaca “Lebaran”

Kasta Kata

Tendy K. Somantri (Kompas, 9 Apr 2024)

Sudah lama frasa tewas terpanggang pada judul berita peristiwa kebakaran mengganggu imajinasi saya saat membacanya. Misalnya pada judul berita yang ditemukan pada media daring ini: ”Tragis! Jasad Ibu dan Anak Ditemukan Tewas Terpanggang”. Ratusan judul serupa dapat ditemukan di berbagai media daring lainnya. Saya merasa ada kesantunan dan rasa empati yang terganggu.

Lanjutkan membaca “Kasta Kata”

Jembatan

Irfan S. Fauzi (Tempo, 7 Apr 2024)

Selama ini Presiden Joko Widodo telah membangun banyak infrastruktur, dari jalan tol hingga, tentu saja, Ibu Kota Nusantara (IKN). Beberapa bulan menjelang lengser pun rupanya Jokowi ingin membangun satu infrastruktur lagi, yaitu jembatan.

Jembatan ini bukan sembarang jembatan. Sementara galibnya jembatan dibuat dari baja, beton, dan besi, jembatan ini terbuat dari darah, daging, dan tulang. Tujuannya pun aduhai betul: demi kepentingan negara.

Lanjutkan membaca “Jembatan”

Plin-plan dan Bunglon

L. Wilardjo (Kompas, 2 Apr 2024)

Saya masih ingat, dulu Bung Karno dalam pidatonya pernah memakai kata plinthat-plinthut. Kata dalam bahasa Jawa ini diucapkan BK meskipun pada waktu itu beliau sedang berpidato dalam bahasa Indonesia.

Plinthat-plinthut sebagai verba atau adjektiva berarti ’berubah-ubah perkataan atau pernyataannya’. Ubahannya bukan parafrasa perkataan sebelumnya yang maksudnya sama, tetapi mengandung arti yang berbeda; bahkan dapat menyangkal pernyataan sebelumnya. Dengan kata lain: tidak panggah atau inkonsisten.

Lanjutkan membaca “Plin-plan dan Bunglon”

Pinjam Dulu Seratus

Imron Samsuharto (Tempo, 31 Mar 2024)

Belakangan ini ungkapan “pinjam dulu seratus” menjadi populer di media sosial. Ada beragam pemakaian ungkapan itu dalam kalimat ataupun pantun, seperti “biar silaturahmi tidak terputus, pinjam dulu seratus”, “untuk acara spesial, mohonlah pinjam dulu seratus”, dan “untuk isian perut, bolehkah pinjam seratus?” (SerayuNews.com, 20 Oktober 2023).

Lanjutkan membaca “Pinjam Dulu Seratus”

Kata-Kata Lawas

Saharul Hariyono (Kompas, 26 Mar 2024)

Dahulu kalamdan untuk menyimpan pulpen, pensil, dan sebagainya, kini disimpan di kotak pulpen/kotak pensil. Dahulu kita mencukur menggunakan kerampagi, kini dengan pisau cukur. Kenyataan seperti ini didasari oleh frekuensi penggunaan (kepopuleran) kata sangat bergantung pada perkembangan cita rasa pemakainya.

Lanjutkan membaca “Kata-Kata Lawas”

Politik Penamaan Rupabumi

Ahmad Hamidi (Tempo, Minggu, 24 Mar 2024)

Tradisi penamaan rupabumi atau toponimi, seperti nama jalan, daerah, dan sungai, mengenal istilah nama komemoratif (commemorative name). Ini jenis penamaan untuk unsur rupabumi, baik yang bersifat alamiah maupun buatan manusia, berdasarkan nama tokoh tertentu. Washington, DC, misalnya, merupakan nama komemoratif ibu kota Amerika Serikat sebagai bentuk penghormatan bagi presiden pertama negeri itu, George Washington.

Lanjutkan membaca “Politik Penamaan Rupabumi”